Sabtu, 14 April 2012

Belajar Bahasa Inggris

Urbanus Dewa Rian : “Waiter…….!”

Yanuar Paul : “Yes sir, what can I do for you?”

Urbanus Dewa Rian : “Can you show me the menus of this shop?”

Yanuar Paul : “Yes sir, here it is”

Urbanus Dewa Rian : “Bring me a glass of coffee with low sugar, please”

Yanuar Paul : “Wait a minutes sir”

Julianus Paul : “Excuse me… Can I sit in this chair with my son mister?”

Urbanus Dewa Rian : “oh.. sure.. with pleasure”

Julianus Paul : “Thank You. My name is Januarius Paul, and this is my son Lorensius Eka Putra”

Lorensius Eka Putra : “Hello sir”

Julianus Paul : “And what your name mister?”

Urbanus Dewa Rian : “My name is Urbanus Dewa Rian, you can call me Dewa”

Yanuar Paul : “Excuse me, this your coffee sir. And how about you sir (J.Paul and son)?

Januarius Paul : “Please give me a glass of tea”

Yanuar Paul : “Ok, and You sir (Lorensius Eka Putra)?”

Lorensius Eka Putra : “I want a glass of lemon tea?

Yanuar Paul : “I’m soo sorry sir, no more lemon tea in our kitchen. Would you like to order another drink?

Lorensius Eka Putra : “Oh really?! ok bring me a glass of milk”

Yanuar Paul : “Ok, wait a moment”

Julianus Paul : “Is there a computer store around here? I want buy a note book for my son”

Urbanus Dewa Rian : “Yeah. There is one right across the street, and it belong to me. What kind would you buy son?”

Lorensius Eka Putra : “Well, I want buy a new type that have a web camera inside”

Urbanus Dewa Rian : “No problem, there is more type could you chooce in my store”

Lorensius Eka Putra : “Hm………,it Sound interesting”

Urbanus Dewa Rian : “ When you willing come to my store?”

Yanuar Paul : “Soon, after this we will come to your store”

Yulianus Paul : “Here is your order sir. Would you like some cookie?

Julianus Paul : “No thank you”

Verdianus Jun : “Oh no, there is rainy outside, could I join with you guys?”

Julianus Paul : “No problem, take your sit here”

Urbanus Dewa Rian : “Oke guys, I’m will go to my store right now, and I will wait for you, bye all”

Lorensius EKa Putra : “soon we will be in your store”

Verdianus Jun : “What you are talking about?”

Julianus Paul : “I want buy a new notebook for my son”

Verdianus Jun : “Oh really? coincidence, I also was looking for a notebook”, where we can buy it?

Julianus Paul : “The guy was with us a minutes ago told me he has a computer store right across the street”.

Verdianus Jun : “If so, we could visit there together,but at the moment I'm waiting for my cousin who just came from Pontianak”

Lorensius Eka Putra : “What does he look like?”

Verdianus Jun : “He’s young, short and handsome. He has straight black hair and brown eyes, and he is very friendly, smart and funny

Yanuar Paul : “I hear this conversation is very interesting, may I join?”

Verdianus Jun : “With pleasure. Ah that’s my cousin come”

Yonas Kontong : “Sorry I’m late, there is very rainy day outside, and it’s really cold. Where we can buy a notebook here Jun?

Verdianus Jun : “They told me right across the street was a computer store”

Yonas Kontong : “Who are these guys?”

Verdianus Jun : “oh these guys is looking for a notebook too”

Lorensius Eka Putra : “Nice to meet you sir, let’s we find out the notebook”.

--------------And They walk together to a computer store----- end.

Rabu, 22 Juni 2011

MAKALAH PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM BERMASYARAKAT

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, berkat dan karunia yang dilimpahkan-NYA, terutama berkat kesehatan, waktu dan kesempatan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah yang berjudul “Peran dan Tanggung Jawab Manusia Dalam Bermasyarakat” ini disusun berdasarkan hasil rangkuman kami, yang didapat dari berbagai sumber dan diolah dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberi rahmat dan cinta-Nya.

2. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

3. Ibu Byantari, Se., M.Si, selaku dosen pembimbing penulis.

4. Teman-teman seperjuangan di kampus Universitas Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pontianak, khususnya teman-teman di kelompok yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan, dan kurangnya data yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun agar dimasa yang akan datang penulis dapat memperbaiki kekurangan dan ketidak sempurnaan itu.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sanggau, Juni 2011

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia didalam kehidupannya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk Tuhan, individu, dan sosial harus dikembangkan secara seimbang, selaras, dan serasi. Perlu disadari didalam kehidupannya bahwa manusia mempunyai peran dan tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, serta dituntut pengabdian dan pengorbanannya didalam kehidupan bermasyarakat. Manusia mempunyai arti hidup secara layak diantara manusia lainnya, tanpa ada manusia lain atau tanpa hidup bermasyarakat, seseorang tidak dapat menyelenggarakan hidupnya dengan baik.

Peran dan tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia, selaras dengan fitrah, tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifatini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai peran dan tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Inilah yang menyebabkan frekwensi peran dan tanggungjawab masing-masing individu berbeda. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

Peran dan tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Yang kami maksud adalah perasaan nurani kita, hati kita, yang mempunyai pengaruh besar dalam mengarahkan sikap kita menuju hal positif di masyarakat.

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi, kelompok atau masyarakat, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi diantara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri diantara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat, kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.

Setiap individu dalam masyarakat memiliki sikap saling peduli baik dalam hak sosial, maupun dalam hal menyangkut hak dan tanggung jawab. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa , yang mampu menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi seperti mengorbankan jiwa maupun harta. Adapun dari segi keterikatan, wujud wadahnya adalah untuk kepentingan bersama antara anggota masyarakat yang tertuang dalam bentuk tolong menolong dalam setiap lapisan masyarakat .

Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada didalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Perkembangan manusia secara individu pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahkan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengembangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.

Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial didalam kehidupannya, tidak bisa hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Didalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antar aksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antar individu.

Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama. Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.

Aspek kehidupan rohani/susila adalah aspek ketiga setelah aspek individu dan sosial. Manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan yang buruk karena hanya manusia yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya. Dalam proses antara hubungan dan antaraksi itu, tiap-tiap pribadi membawa identitas dan kepribadian masing-masing. Oleh karena itu, keadaan yang cukup bermacam-macam akan terjadi sebagai konsekuensi tindakan-tindakan masing-masing pribadi. Kehidupan manusia yang tidak dapat lepas dari orang lain, membuat orang harus memiliki aturan-aturan norma. Aturan-aturan tersebut dibuat untuk menjadikan manusia menjadi lebih beradab dan menghargai nilai-nilai moral yang akan membawa mereka menjadi lebih baik.

Maka dari keseluruhan perkembangan itu menjadi lengkap dan utuh dalam setiap sisinya, baik dari sisi individu, sosial, dan rohani/susila. Keutuhan dari setiap sisi tersebut dapat menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.

Melalui makalah ini, kami mencoba menggali dan memberikan pandangan yang benar agar sebuah peran dan tanggung jawab yang kita terima dapat dijalankan dengan baik dan penuh dedikasi terhadapnya, karena hal ini akan memiliki dampak langsung kepada diri kita maupun masyarakat.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian tersebut diatas yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:

1. Sejauhmana peran manusia sebagai individu didalam masyarakat.

2. Bagaimana tanggung jawab manusia dalam menciptakan dan membangun harmonisasi didalam hidup bermasyarakat.

C. PEMBATASAN MAKALAH

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka yg menjadi pembatasan dalam makalah ini antara lain:

1. Peran manusia sebagai individu didalam masyarakat.

2. Tanggung jawab manusia dalam menciptakan dan membangun harmonisasi didalam hidup bermasyarakat.

D. TUJUAN DARI MAKALAH

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui peran yang harus diambil manusia sebagai individu didalam masyarakat.

2. Mengetahui apa saja tanggung jawab manusia dalam menciptakan dan membangun harmonisasi didalam hidup bermasyarakat.

E. MANFAAT MAKALAH

Hasil dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, tentang arti penting, peran dan tanggung jawabnya didalam bermasyarakat. Manfaat khusus dari penulisan makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi Penulis

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang dibebankan oleh dosen kepada penulis.

2. Bagi pengembangan ilmu manajemen terapan

Diharapkan hasil penulisan makalah ini mampu memberikan buah pemikiran untuk pengembangan ilmu manajemen terapan yang nantinya dapat digunakan bagi semua kalangan yang mempelajari ilmu itu sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. PERAN MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU DIDALAM MASYARAKAT.

Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, manusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.

Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut “gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial. Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus dapat berperan karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia yaitu :

1. Menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya

2. Menyatu dengan suasana dalam sekelilingnya

Kesemua itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan manusia terhadap alam yang kadang kejam dan ramah kepada mereka. Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon”, manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat. Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kata individu berasal dari bahasa latin yaitu individuum yang mempunyai arti tertinggi atau yang tidak terbagi, maksudnya adalah makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi atau tidak dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya. Maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu adalah seseorang/seorang manusia secara utuh. Utuh di sini diartikan sebagai suatu sifat yang tidak dapat dibagi-bagi. Merupakan satu kesatuan antara jasmaniah dan rohaniah yang melekat pada diri seseorang. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Individu pada manusia tidak hanya memiliki perasaan khas didalam lingkungan sosialnya saja tetapi juga memiliki kepribadian dan tingkah laku yang spesifik. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai masyarakat, dapat pula diartikan sebagai manusia.

Setiap individu mempunyai ciri khas yang berbeda dengan individu lainnya, seperti bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, perasaan dan memiliki tingkat pemahaman/arti tersendiri terhadap suatu objek. Jadi individu adalah kondisi internal dari seorang manusia yang berfungsi sebagai subjek. Manusia selaku individu mempunyai 3 naluri,yaitu :

1. Naluri untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

2. Naluri untuk mempertahankan kelanjutan penghidupan keturunan.

3. Naluri ingin tahu dan mencari kepuasan.

Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.

Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada masa bayi sepenuhnya manusia tergantung kepada individu lain. Ia belajar berjalan, belajar makan, belajar berpakaian, belajar membaca, belajar membuat sesuatu dan sebagainya, yang kesemuanya itu memerlukan bantuan orang lain yang lebih dewasa.

Malinowski (1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui perantaraan kebudayaan.

Rasa aman secara khusus tergantung kepada adanya system perlindungan dalam rumah, pakaian dan peralatan. Perlindungan secara umum,dalam pengertian gangguan/kelompok lain akan lebih mudah diwujudkan kalau manusia berkelompok. Untuk menghasilkan keamanan dan kenyamanan hidup berkelompok ini, diciptakan aturan-aturan dan kontrol-kontrol sosial tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota kelompok. Selain itu ditentukan pula siapa yang berhak mengatur kehidupan kelompok untuk tercapainya tujuan bersama.

Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut society artinya sekelompok manusia yang hidup bersama,saling berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama. Pengertian sekelompok manusia di sini,tidak mempunyai batas yang jelas harus beberapa orang, tetapi jumlahnya minimal 2 orang. Anderson dan Parker (Astrid Susanto,1977) menyebutkan secara rinci bahwa masyarakat adalah:

a. Adanya sejumlah orang.

b. Tinggal dalm suatu daerah tertentu.

c. Mengadakan hubungan satu sama lain.

d. Saling terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama.

e. Merupakan satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaaan solidaritas.

f. Adanya saling ketergantungan.

g. Masyarakat merupakan suatu system yang diatur oleh norma-norma/aturan-aturan tertentu.

h. Menghasilkan kebudayaan.

Menurut Soejono Soekamto (1987) beberapa ciri masyarakat perkotaan yang menonjol adalah:

a. Kehidupan beragama kurang karena disebabkan adanya cara berpikir yg rational,yang berdasakan pada perhitungan-perhitungan eksak.

b. Dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain.

c. Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai batas-baats yang nyata.

d. Banyak peluang mendapat kerja dari pada orang desa.

e. Jalan pikiran yg rational menyebabkan interaksi sosial berdasarkan kepentingan dari pada faktor pribadi.

f. Jalan kehidupan yg cepat mengakibatkan pentingnya faktor waktu.

g. Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai akibat terbukanya pengaruh dari luar.

Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia. Seringakali pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dalam dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.

Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran (role) dan kedudukan (status) yang berbeda. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai posisi (status) tertentu. Sedangkan kedudukan (status) adalah posisi seseorang dalam kelompok. Mengingat setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam maka setiap individu mempunyai kepentingan yang beragam pula. Maka setiap individu dapat berstatus dan berperan di beberapa kelompok sesuai dengan kepentingan itu.

Dalam kehidupan sehari-hari,setiap orang mempunyai peran dan tugas yang berbeda. Tetapi masing-masing saling membutuhkan, saling bekerja sama untuk mencapi tujuan yang sama yaitu terpenuhinya kebutuhan dan mencapi kesejahteraan. Dengan demikian peran dan kedudukan sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan integritas sosial. Kedudukan atau status seseorang dalam masyarakat ada 2 macam:

a. Ascribed status, yaitu kedudukan yang diperoleh tanpa melalui perjuangan atau usaha sendiri. Biasanya diperoleh melalui kelahiran, seperti anak yang bergelar raden, otomatis anaknya juga bergelar raden. Seorang anak menjadi raja karena ayahnya adalah raja. Seorang anak yang berasal dari kasta sudra walaupun ia mempunyai kepintaran dan ketrampilan yang tinggi. Status ini sering pula disebut status yang tertutup, karena setiap orang tidak bisa menjadi anggota secara bebas. Perkawinan biasanya adalah cara untuk masuk ke dalam status ini.

b. Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha atau perjuangan sendiri. Seseorang menjadi direktur sebuah perusahaan karena memang ia rajin dan ulet. Status seseorang menjadi guru karena ia berhasil masuk dan belajar dengan baik di IKIP/STKIP. Status ini bersifat terbuka artinya setiap orang dapat mencapainya atau meraihnya karena kemampuan masing-masing individu dalam beprestasi.

Setiap status dan kedudukan mempunyai seperangkat symbol atau lambang yang dapat mencerminkan statusnya. Seperti orang yang berstatus ekonomi tinggi tercermin dari bentuk dan luas rumah, seorang guru tercermin sikap dan pakainnya, seorang TNI/POLRI dari kegagahan dan pakaiannya, seseorang dari golongan ningrat akan tampak dari cara berbicara dan sopan santunnya. Banyak symbol yang dapat mencerminkan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat. Dengan demikian status dapat disebabkan oleh posisinya dalam pekerjaan, pemilikan kekayaan, agama dan faktor biologis seperti jenis kelamin.

Setiap individu harus berperilaku atau berperan sesuai dengan kedudukannya agar ia dapat diterima dan diakui keberadaanya. Karena setiap organisasi/masyarakat mempunyai aturan sendiri, maka sanksi yang diberikan oleh setiap organisasi kepada anggota/individu yang melanggar pun berbeda pula. Sanksi ini bertujuan menjaga keutuhan, keseimbangan, kestabilan kelompoknya/masyarakatnya sehingga tujuan kelompok/masyarakat dapat tercapai.

B. TANGGUNG JAWAB MANUSIA DALAM MENCIPTAKAN DAN MEMBANGUN HARMONISASI DIDALAM HIDUP BERMASYARAKAT.

Tanggung jawab menurut kamus bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab itu karena manusia hidup diantara manusia lainnya didalam lingkungan bermasyarakat. Oleh karena itu manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap manusia lain dan harus menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama manusia.

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggungjawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.

Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri, atau pihak lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya.

Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha, diantaranya melalui pendidikan, dan memperkuat iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

B.1. Tanggung Jawab Pendidikan

Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya. Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan berorientasi pada masa depan. Secara sederhana Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap si terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Dengan kata lain selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga diperuntukkan guna pembinaan masyarakat dan peningkatan kualitas hidup individu didalam masyarakat. Guna meningkatkan kualitas hidup, manusia memerlukan pendidikan, baik pendidikan yang formal, informal maupun nonformal.

Dengan pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa kehilangan pribadinya masing-masing.

Seorang filsuf Jerman abad ke-18 bernama Immanuel Kant dalam karyanya mengatakan, " Man is the only creature that needs to be educated ". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Selain aturan-aturan norma, manusia juga memerlukan pendidikan yang dapat digunakan sebagai sarana mencapai kemakmuran dan kenyamanan hidup. Didalam pribadi individu tumbuh dua kekuatan yaitu : kekuatan dari dalam (kemampuan-kemampuan dasar), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor dasar” dan kekuatan dari luar (faktor lingkungan), Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan istilah “faktor ajar”. Teori konvergensi yang berpendapat bahwa kemampuan dasar dan faktor dari luar saling memberi pengaruh, kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu. Si pribadi terpengaruh lingkungan, dan lingkungan pun diubah oleh si pribadi. Faktor-faktor intern (dari dalam) berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi di lingkungan. Faktor dari luar dan lingkungan kadang tidak berkembang dengan baik, misalnya ketika pribadi terpengaruh oleh hal-hal negatif yang timbul dari luar dirinya.

Dengan pendidikan, manusia dapat mengerti dan memahami makna hidup dan penerapannya. Melalui pendidikan kita harus mampu menciptakan manusia yang bersusila, karena hanya dengan pendidikan kita dapat memanusiakan manusia. Melalui pendidikan pula manusia dapat menjadi lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Dengan pendidikan ini, manusia juga dapat melaksanakan dengan baik norma-norma yang ada didalam suatu masyarakat. Manusia akan mematuhi norma-norma yang ada dalam masyarakat jika diberikan pendidikan yang tepat. Dengan demikian, kelangsungan kehidupan masyarakat tersebut sangat tergantung pada tepat tidaknya suatu pendidikan dalam mendidik seorang manusia mentaati norma, nilai dan kaidah bermasyarakat. Jika tidak maka manusia akan melakukan penyimpangan terhadap norma-norma yang telah disepakati bersama didalam masyarakat. Secara sadar atau tidak keadaan masyarakat cukup memberi pengaruh kepada kepribadian seseorang. Kedudukan individu dalam masyarakat merupakan kondisi atau situasi yang tidak dapat dihindari karena individu juga merupakan makhluk sosial yang pasti membutuhkan manusia lain dalam hidupnya. Maka melalui sebuah pendidikan yang tepat, manusia akan menjadi makhluk yang dapat mengerti bagaimana seharusnya yang dilakukan sebagai seorang makhluk Tuhan, mahluk individu, dan mahluk sosial.

Pendidikan mutlak harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan kehidupan. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang dibekali dengan berbagai kelebihan, diantaranya kemampuan berfikir, kemampuan berperasaan, kemampuan mencari kebenaran, dan kemampuan lainnya. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak akan berkembang apabila manusia tidak mendapatkan pendidikan. Dengan demikian pendidikan adalah proses penyesuian, pengembangan dan penyempurnaan secara teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat yang ditujukan untuk kepentingan tersebut dalam hubungannya dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.

Hal-hal yang ada pada diri individu atau pribadi manusia pada dasarnya yang harus mendapatkan pendidikan, yakni: akal, perasaan, kemauan, pendidikan jasmani atau mental, kemampuan atau keterampilan, serta intelektualnya. Semua hal tersebut dididik guna mencapai kepribadian yang baik.

Secara sederhana kepribadian yang baik dapat dididik dengan membiasakan untuk berprilaku yang baik atau memiliki budi pekerti yang baik. Secara umum Budi Pekerti berarti moral dan kelakuan yang baik dalam menjalani kehidupan ini. Budi Pekerti adalah induk dari segala etika , tatakrama, tata susila, perilaku baik dalam pergaulan, pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Pertama-tama budi pekerti ditanamkan oleh orang tua dan keluarga dirumah, kemudian disekolah dan tentu saja oleh masyarakat secara langsung maupun tidak langsung. Pada saat ini dimana sendi-sendi kehidupan banyak yang goyah karena terjadinya erosi moral, budi pekerti masih relevan dan perlu direvitalisasi. Budi Pekerti mempunyai arti yang sangat jelas dan sederhana, yaitu : Perbuatan (Pekerti) yang dilandasi atau dilahirkan oleh Pikiran yang jernih dan baik (Budi). Budi pekerti untuk melakukan hal-hal yang patut, baik dan benar. Kalau kita berbudi pekerti, maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju ke kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik di masyarakat. Sebaliknya, kalau kita melanggar prinsip-prinsip budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang sifatnya ringan, seperti tidak disenangi/ dihormati orang lain, sampai yang berat seperti : melakukan pelanggaran hukum sehingga bisa dipidana. Esensi Budi Pekerti, secara tradisional mulai ditanamkan sejak masa kanak-kanak, baik dirumah maupun disekolah, kemudian berlanjut dalam kehidupan dimasyarakat. Biasanya ketika anak mulai berumur lima tahunan, secara naluri mulai diterapkan ajaran unggah-ungguh, sopan santun, etika, menghormati orang tua dan orang lain. Inkulturisasi penanaman etika ini sangat penting karena menjadi dasar supaya si anak hingga dewasa dapat membawa diri dan diterima dalam pergaulan dimasyarakat, mampu bersosialisasi dan punya budaya malu. Punya sikap mendahulukan kepentingan orang lain, peka dan peduli kepada sekeliling dan lingkungan. Punya kebiasaan hidup rukun dan damai, penuh kasih sayang dan hormat dilingkungan keluarga dan masyarakat. Penanaman sikap sejak dini ini penting karena akan merasuk dalam rasa, sehingga kepekaannya tidak mudah hilang.

B.2. Tanggung Jawab dalam memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan.

Iman dan taqwa adalah dua unsur pokok bagi pemeluk agama. Keduanya merupakan elemen yang penting dalam kehidupan manusia dan sangat erat hubungannya dalam menentukan nasib hidupnya, serta memiliki fungsi yang urgen. Iman itu adalah kepercayaan yang tertanam dalam lubuk hati dengan keyakinan yang kuat tanpa tercampuri oleh keraguan dan berperan terhadap pendangan hidup atau amal perbuatan sehari-hari. Taqwa itu pada prinsipnya adalah amal batin atau lahir, baik yang bersifat mengikuti perintah Tuhan maupun amal yang berbentuk menjauhi larangan Tuhan. Dengan iman dan takwa yang kuat, seorang manusia akan takut untuk berbuat dosa (kesalahan). Hal ini yang menjadi dasar bagi pribadi tersebut dalam membina kerukunan di masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia tidak bisa meninggalkan unsur Ketuhanan (Agama). Manusia selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhannya. Oleh karena fitrah manusia yang diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk beribadah kepada Tuhan pun diperlukan suatu ilmu. Ilmu tersebut diperoleh melalui pendidikan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengenal siapa Tuhannya. Dengan pendidikan pula manusia dapat mengerti bagaimana cara beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan menjadi manusia yang sadar akan penciptaNya maka didalam masyarakat akan tercipta hubungan yang harmonis diantara setiap pemeluk agama. Memperkuat iman dan takwa berarti juga membangun kesadaran hidup beragama dalam masyarakat.

B.3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

Barangkali satu alasan kenapa kita diperintahkan untuk peduli terhadap bumi (lingkungan hidup) ialah sebagai gambaran dari tanggung jawab dan pelayanan (stewardship). Allah menempatkan manusia di bumi sebagai mahkota dari ciptaanNya. Kita harus menunjukkan kepedulian, perasaan iba dan tanggung jawab atas ciptaan Allah. Dengan cara ini, kita dapat lebih menghargai hubungan khusus Allah dengan manusia, makhluk yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Hal sederhana untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidup adalah dengan melakukan pola hidup ramah lingkungan diantaranya adalah dengan mengelola limbah rumah tangga menjadi termanfaatkan kembali sehingga tidak membebani pekerja sektor persampahan. Dan yang menarik untuk dilakukan adalah untuk mulai menanam pepohonan di lahan pekarangan sehingga kita akan memiliki cadangan udara bersih, cadangan pangan dan cadangan kayu untuk kepentingan generasi kita berikutnya. Meyakinkan bahwa diri kita tidak melakukan tindakan-tindakan yang berakibat pada perburukan kondisi lingkungan hidup di sekitar kita. Tindakan sederhana yang mungkin dilakukan untuk bagian ini adalah dengan tidak menempatkan sampah di selokan, sungai ataupun tempat-tempat lainnya yang dapat mengganggu kenyamanan bagi orang lain. Ataupun dengan mulai mengurangi sumber polusi dari diri kita, semisal dengan tidak menggunakan plastik sebagai pembungkus, karena plastik merupakan barang yang sangat sukar terurai. Kemudian juga bisa dilakukan dengan mulai tidak mengeluarkan banyak asap, baik dari diri, kendaraan, maupun dengan melakukan tindakan pembakaran yang dipandang masih dapat menggunakan cara lainnya. Ataupun dengan selalu merasa bersalah bila telah menebang pohon tanpa ijin karena ternyata dengan menebang pohon berarti telah menghilangkan kesempatan orang lain untuk bernapas dengan udara yang bersih. Mengajak keluarga, tetangga dan masyarakat di sekitar kita dan yang kita jumpai untuk mulai menerapkan apa yang telah kita lakukan serta mengajak untuk memulai memperbaiki lingkungan hidup dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang memperburuk kondisi lingkungan hidup di sekitar kita adalah tindakan yang harus dikembangkan agar lingkungan kita bersih dan orang lain di dalam masyarakat dalam menikmati hidup dengan lingkungan yang lebih baik.

BAB. III.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Individu/manusia adalah kesatuan utuh antara jasmani dan rohani. Setiap individu mempunyai ciri khas dan kebutuhan yang tersendiri. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut setiap individu membutuhkan individu lain. Karena itulah individu selalu hidup berkelompok membentuk masyarakat.

Masyarakat adalah sejumlah orang yang hidup dalam suatu daerah saling berhubungan dan terikat satu sama lain sehingga memiliki rasa solidaritas dan menghasilkan kebudayaan. Setiap individu dalam masyarakat mempunyai peran dan kedudukan yang berbeda. Setiap individu diharapkan dapat berperan sesuai dengan kedudukannya sehingga tercipta ketertiban, kenyamanan, kestabilan hidup bermasyarakat, yang akhirnya tujuan bersama dapat tercapai.

Hubungan antara individu dan masyarakat yaitu bahwa hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha individu itu sendiri. Manusia berkeluarga, dan bersosialisasi didalam kelompok masyarakat. Suatu masyarakat tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada individu-individu didalamnya. Harus ada usaha dari setiap individu untuk terus mempertahankan, memelihara, menunjang, atau apabila perlu mengubahkan individu itu sendiri agar tercipta suatu hubungan yang baik diantara setiap individu didalam masyarakat. Hidup bermasyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri, bertujuan untuk memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Sebab tanpa masyarakat tidak ada hidup individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus membentuk dan dibentuk oleh hasil karyanya sendiri, yaitu masyarakat. Manusia tidak bebas dalam arti bahwa ia bebas memilih antara hidup sendiri atau hidup berbagai dengan orang lain. Ia harus hidup berbagi agar tidak hancur/musnah (punah). Tetapi cara dan bentuk hidup berbagi itu ditentukannya dengan bebas. Tidak ada satu pola kebudayaan yang mutlak dan universal. Jadi ada relasi timbal balik antara individu. Disatu pihak individu ikut membentuk dan menegakkan masyarakat, dan ia bertanggung jawab. Di lain pihak masyarakat menghidupi individu dan oleh karenanya bersifat mengikat bagi dia.

B. SARAN

Sebagai Individu/manusia hendaknya kita selalu bersosialisasi didalam masyarakat dan hidup berkelompok untuk saling berbagi dan mengembangkan diri agar tercipta keseimbangan didalam masyarakat.

Hendahknya setiap individu mengambil peran yang sesuai dengan kedudukannya didalam masyarakat dan peran tersebut harus diambil dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab terhadapnya.

Melaksanakan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat adalah kewajiban yang sudah seharusnya. Memahami hubungan diantara individu dengan individu maupun antara individu dan masyarakat adalah bukti tanggung jawab agar keberlangsungan masyarakat dalam arti luas umat manusia dapat terus terjaga.

Dalam setiap masyarakat selalu ada nilai moral dan norma yang dianut dan dipatuhi oleh setiap individu. Bagi Bangsa Indonesia, Pancasila adalah sumber nilai, sumber moral dan merupakan seperangkat norma yang harus menjadi pedoman bagi setiap individu dalam bersikap, berperilaku dalam bermasyarakat dan bernegara. Pancasila mengandung nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebenaran, kebaikan dan keindahan hidup bermasyarakat. Pancasila menuntut dan mengarahkan hidup setiap penduduk Indonesia untuk memiliki keseimbangan, keserasian, keharmonisan hubungan antar individu dengan Tuhan YME sebagi pencipta, individu dengan individu dan individu dengan masyarakat.

Penulis menyarankan kepada kita semua agar kita bisa menerapkan hubungan individu dan masyarakat yang telah dijelaskan di atas, dan kita seharusnya melaksanakan peran dan tanggung jawab masing-masing, supaya terjalin hubungan yang baik antar individu dan menghasilkan masyarakat yang rukun dan damai.

Penulis percaya bahwa makalah ini masih belum sempurna, karena itu mohon kritik dan saran yang membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

  1. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab9-manusia_dan_tanggung_jawab.pdf
  2. http://yudhi-site.webs.com/apps/blog/show/5140756-hubungan-manusia-dengan-pendidikan
  3. http://de.wikisource.org/wiki/%C3%9Cber_P%C3%A4dagogik
  4. http://jagadkejawen.com/id/budi-pekerti/budi-pekerti
  5. http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:YRXCoDK0PzoJ:www.scribd.com/doc/57856394/Iman-Dan-Taqwa-Dalam-Perspektif-Filsafat+Prof.+DR.+K.+H.+Achmad+Mudlor,+SH.&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id.
  6. http://www.kadnet.info/web/index.php?option=com_content&view=article&id=1840:tanggung-jawab-manusia-terhadap-lingkungan&catid=51:supplement&Itemid=65
  7. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=13&ved=0CCEQFjACOAo&url=http%3A%2F%2Fjournal.mercubuana.ac.id%2Fdata%2FISD-3.doc&ei=HCz-TavkEoO-uwPA__CiAw&usg=AFQjCNFp2a0n5W21u4MqBSXUwy6LXHhnJA
  8. http://tya0512-ilmusosialdasar.blogspot.com/2011/02/makalah-hubungan-individu-dan.html